belajar dari sejarah: ekonomi,politik, dan institusi prof.dr. boediono
BAB X
BELAJAR DARI SEJARAH (1) :
EKONOMI, POLITIK, DAN INSTITUSI
prof.dr.boediono
A.
Ekonomi dan
Politik : Dua Sisi Satu Mata Uang
Jika ditelusuri
dari konstribusinya Ekonomi dan politik pada kenyataannya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Keduanya selalu berinteraksi. Kebijakan ekonomi adalah
hasil dari proses politik dan pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh suasana
politik pada waktu itu.dan arah umum kausalitasnya dari politik ke ekonomi.Kebijakan ekonomi adalah penjabaran operasional dari
tujuan politik yang lebih luas. Tetapi, dalam kondisi tertentu, sejarah juga
memberikan contoh kebalikannya : perkembangan kondisi ekonomi melahirkan perubahan
politik.ini terjadi apabila kondisi ekonomi sudah sedemikian parahnya dan
publik menuntut perubahan. Bukan hanya tentang kebijakan ataupun perubahan
pemerintahan dalam sistem politik yang sama,namun sistem politik itu sendiri.
VOC mempunyai tujuan politik mendapatkan
keuntungan maksimal bagi kongsi.kebijakannya menggunakan instrumen
politik(diplomasi,militer) dan juga instrumen ekonomi(monopoli,pajak,dan
berbagai pungutan).Sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem ekstraktif
primitif. Karena salah urus, VOC bangkrut. Kemudian VOC diambil alih pemerintah
Belanda.
Pemerintah
kolonial Belanda mempunyai tujuan politik yang lebih luas, yaitu menjadikan
Hindia Belanda bagian yang tidak terpisahkan dari Kerajaan Belanda dengan
tujuan utama mendapatkan manfaat maksimal dan berkelanjutan dari tanah jajahan.maka
dari itu pemerintah belanda membangun institusi birokrasi,hukum,moneter, dan
jaringan insfrastruktur modern.
Perang Dunia II
mengubah peta politik. Indonesia dikuasai Jepang. Tujuan politik penguasa baru
ini adalah menjadikan Indonesia sebagai penyangga tentara Jepang untuk
memenangi peperangan. Untuk mencapai tujuan politik tersebut, sistem ekonomi
perang diterapkan.
Saat jepang
mengakui kekalahnya, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan dan Belanda ingin
merebut kembali tanah jajahannya(Indonesia). Tetapi Indonesia tetap
mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikannya. Setelah pengakuan
kedaulatan 1950, tujuan politik utamanya adalah mengonsolidasi republik muda dari
segi politik dan ekonomi yaitu dengan
Indonesianisasi dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda dalam
rangka pengembalian Irian Barat. Sistem ekonomi yang dipilih yaitu demokrasi
parlementer. Sistem ini tidak menghasilkan pemerintah yang stabil. Sistem demokrasi parlementer diganti dengan
sistem kabinet presidensial (demokrasi terimpin) dengan harapan dapat
menghasilkan suasana politik yang lebih stabil. Dicanangkan Sistem Ekonomi
Terpimpin yang menegaskan bahwa kebijakan ekonomi tunduk pada kebjakan politik.namun,karena
kombinasi dari beberapa sebab,eksperimen ini tidak berhasil sehingga
menyebabkan ketimpangan makro seperti :devisa makin langka,anggaran negara kehilangan disiplin,dan inflasi lepas
kendali menjadi hiperinflasi.
Pemerintah orde
baru muncul dan menentukan bahwa perbaikan kondisi ekonomi adalah sasaran
politik utamanya. Dalam kurun waktu 30 tahun prestasi ekonomi Indonesia
menonjol dan Indonesia menjadi salah satu kandidat “macan Asia”. Namun, disisi
lain ada 2 perkembangan “negatif”.
Pertama,kestabilan politik yang sangat diperlukan bagi kebijakan ekonomi
dan pembangunan yang efektif mengalami kepengapan politik dan berkrmbangnya
kroniisme.kedua,keberhasilan
pembangunan memiliki dampak lainberupa tuntutan diluar sandang/pangan dan
kebutuhan fisik dasar yaitu untuk berpartisipasi lebih besar dalam berpolitik. Setelah
krisis ekonomi 1997/1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi dan memasuki
Era-Reformasi.
Dari sejarah,
tercatat bahwa sasaran politik pada suatu masa tidak selalu sejalan atau
sinergis dengan sasaran ekonomi pada waktu yang sama. Selalu ada trade off
antara keduanya yaitu keadaan dimana politik dan ekonomi tidak saling
beriringan satu sama lain.penyesuaian keduanya harus terjadi.tugas pengelola
negara adalah menjaga agar setiap saat kedua sasaran tersebut tidak melenceng
terlalu jauh satu sama lain.
Di era orde baru,sejarah
menunjukkan bahwa secara umum sinergis antara ekonomi dan politik berjalan
dengan baik.namun adanya tuntutan untuk keterlibatan berpolitik,demokrasi dan
transparasi semakin menguat.Di era reformasi Saat ini Indonesia mendapatkan
reputasi sebagai demokrasi terbesar ketiga di dunia, tapi bukan Lagi “macan
Asia”. Hal ini menunjukkan adanya trade off antar kedua sasaran tersebut.
Demokrasi bisa
menopang kebijakan ekonomi yang efektif. Kuncinya adalah membangun institusi di
bidang politik dan ekonomi sedemikian rupa agar keduanya menjadi makin seiring
dan sinergis. Menata dan membangun institusi adalah inti dari pembangunan
bangsa-nation building.
B. Membangun Institusi Publik
Setiap institusi
publik pada hakikatnya terdiri dari dari dua unsur pokok, yaitu (a) satu set
aturan main; (b) manusia-manusia yang melaksanakan aturan main itu. Kinerja suatu institusi ditentukan oleh kualitas
dua komponen inti tadi,yaitu kualitas aturan mainnya dan kualitas manusia
pelaksananya.
Institusi harus
mengakar pada kultur dan kenyataan sosial yang ada di negara itu dengan segala
keunikannya.Manusia adalah building blocs institusi. Kinerja suatu institusi ditentukan oleh mutu manusia
pembuat aturan mainnya dan mutu pelaksana aturan main tersebut. Suatu bangsa
akan maju apabila setiap generasi mampu menciptakan generasi peerusnya yang
lebih unggul. Oleh karena itu titik fokus dan titik berat program dan kebijakan
di bidang pendidikan dan kesehatan haruslah pada generasi muda.
Dua ribu lima
ratus tahun lalu, filsuf yunani kuno Aristoteles mengatakan bahwa masyarakat
yang baik (a just society) adalah masyarakat
yang semua komponennya berada di tempat yang seharusnya-termasuk
manusia-manusianya menduduki posisi yang paling sesuai dengan bakat dan
kemampuannya. the right person in the right place. Inilah prinsip meritrokasi.
Bersama dengan pembangunan manusia, meritrokasi
merupakan prasyarat mutlak untuk membangun institusi yang efektif.
Kunci terwujudnya
meritokrasi : adanya kemauan politik dan komitmen yang kuat dari elite bangsa
umtuk menegakkan meritokrasi.
Menurut pandangan
saya,ada tiga kelompok institusi publik yang perlu diprioritaskan karena
memiliki dampak luas bagi kinerja institusi-institusi lain. institusi-institusi
itu berada di ranah politik,birokrasi, dan hukum.
Politik adalah sumber utama aturan-aturan yang mengikat publik. Politik
harus yang pertama dibenahi karena ia adalah huluya dari pembuatan
aturan-aturan publik.sebaik apapun institusi-institusi lain,masyarakat tidak
akan menikmati hasilnya apabila aturan-aturan yang dibuat dari awal tidak baik.
Birokrasi penting karena sebaik apapun
aturan mainnya, tidak akan pernah diperoleh hasil yang baik apabila aparat
pelaksanaannya memble. Birokrasi adalah barometer utama pelaksanaan
meritrokasi.sekali lagi,kuncinya adalah tejad politik dan komitmen elite bangsa
Hukum, penerapan
hukum yang tidak sesuai dengan due process of law, yang tidak mengutamakan
kebenaran dan keadilan, yang didasarkan pada kebencian, melahirkan social disorder.dibutuhkan seorang diktator untuk mengembalikan social order.dan
revolusi yang mencita-citakan demokrasi justru akhirnya melahirkan autokrasi.
Demikianlah, membangun bangsa pada hakikatnya adalah membangun
institusi dan membnagun institusi kuncinya adalah membangun manusia, terutama
generasi muda.
C. Indonesia di Mata Lee Kuan Yew
Menurut LKY, ada
tiga masalah yang harus diatasi apabila Indonesia ingin maju, yaitu: (a)
kemacetan proses politik (b)
korupsi (c) infrastruktur yang buruk.
Dalam kutipan Lky,
Lky menerangkan bahwa 20 sampai 30 tahun yang akan mendatang, Lky tidak melihat
Indonesia akan memgalami perubahan mendasar. Malaysia barangkali akan lebih maju
karena secara geografis Malaysia lebih menyatu, sistem transportasinya lebih
baik, dan angkatan kerjanya lebih mempunyai motivasi. Meskipun mengalami
kemajuan, Indonesia masih mengandalkan pada sumber alam dan penduduknya masih
menggantungkan pada apa yang diiberi kan alam
dan bukan pada apa yang dapat mereka ciptakan dengan kedua tangan
merkea. Melimpahnya sumber alam cenderung membuat orang malas : “Ini tanah
saya. Anda menginginkan yang terkandung di dalamnya? Bayar saya. “. Pandangan
seperti itu akan menumbuhkan sikap hidup dan budaya santai, yang nantinya sulit
untuk dihilangkan.
Dengan kepergian
beliau,asia kehilangan seorang tokoh yang berwawasan luas,berpikiran jernih,dan
tidak ragu berkata apa adanya.
Komentar
Posting Komentar